tiga.1 Prinsip desain dan langkah pembuatan
tidak seperti belitan kawat bulat yg dapat ditempa, kerumitan primer dari belitan terdistribusi btg artinya sambungan tiang yg tumpang tindih di taraf belitan ujung. buat mengatasi kesulitan ini, kami sudah merancang sistem yang relatif sederhana buat mengaktifkan sambungan belitan ujung melalui batang bengkok yang bolak-balik pada atas kepala dan pada depan mirip yang ditunjukkan pada Gambar tiga, kami menyebutnya “batang busur” serta “batang lekukan”. yg terakhir dibrazing ke palang yg terletak pada slot serta mereka memiliki penampang yang sama (namun mampu berbeda bentuknya). berdasarkan Gambar tiga, kita bisa membedakan tiga panjang btg yg tidak sinkron yg terletak di slot: btg pendek (sambungan busur/busur), btg sedang (haluan/penjepit), serta btg panjang gambaran asal tiga sambungan lilitan ujung yg tidak sinkron, asal atas ke bawah: Sambungan busur/busur, sambungan busur/penjahat, serta sambungan penjahat/penjahat.
Perakitan belitan batang yg diusulkan bisa dipecah menjadi empat langkah utama:
pemotongan batang pada bawah panjang yg tidak sama dan kemudian pembengkokan batang sambungan belitan ujung.
Mengisolasi inti stator menggunakan slot liner yang terbuat berasal lembaran bahan mirip: Nomex, Kapton, Dacron-Mylar-Dacron,…
Penyisipan batang ke dalam slot dan menggabungkannya ke btg belitan ujung. Bergantung di perangkat lunak (suhu dan tingkat getaran), kami mengusulkan dua pendekatan buat menghubungkan belitan akhir, metode pertama hanya berdasarkan penyolderan, sedangkan yg kedua memakai penyolderan serta sekrup ke lubang berulir yang dibor di tembaga.
Akhirnya, enkapsulasi atau impregnasi belitan buat memperkuat insulasi listrik, menaikkan kekuatan mekanik batangan, serta memperbaiki pertukaran panas (terutama pada belitan ujung)
hubungan analitis yg mengatur teknik belitan yg diusulkan
di bagian ini, kami mengusulkan beberapa korelasi analitik mudah serta awam yg memungkinkan penentuan cepat karakteristik dimensi belitan yang diusulkan.
Kami mempertimbangkan perkara belitan terdistribusi tiga fase, dengan satu slot per kutub dan per fase (q = 1), dan koneksi bintang.
korelasi yang diusulkan tergantung pada apakah jumlah pasangan kutub, p, genap atau gasal. untuk memfasilitasi penentuan korelasi ini, kami mempertimbangkan tata letak belitan yang dikembangkan ditunjukkan di Gambar 4(a) (p genap: 4p, 24 detik) dan Gambar 4(b) (p gasal: 5p, 30 dtk) dari Gambar 4, kita bisa dengan kentara mencatat disparitas panjang palang yg disebutkan sebelumnya di bagian sebelumnya: palang pendek (busur/busur), palang sedang (busur/bengkok), serta palang panjang (bengkok/bengkok). Kami juga mencatat bahwa Bila p genap sambungan netral dipastikan menggunakan “bow bar” dan “crook bar”, sedangkan Jika p ganjil , sambungan netral dilakukan dengan dua “bow bar”